Cinta suci sudah seharusnya tidak memerlukan
sebab. Jika ada sebab, kesucian cinta itu boleh dipertanyakan. Dapat
melihat kecantikan sebagai sebab, suara yang merdu sebagai sebab dan
bentuk tubuh sebagai sebab, tetapi sebenarnya cinta suci tidak
memerlukan semua itu.
Seperti satu kisah berikut ini:
Sepasang suami isteri berjalan di tepi sebuah kolam yang sangat indah. Kemudian mereka berhenti di bangku yang disediakan ditepi kolam. Si isteri bertanya kepada si suami, begini percakapan mereka:
Isteri: Kenapa mas suka sama saya? Kenapa mas cintakan saya?
Suami: Mas tak dapat mengatakan apa sebabnya, tapi mas memang sayang dan cintakan dinda!
Isteri: Mas tidak dapat mengatakannya? Bagaimana mas dapat katakan kalo
mas menyintai saya sedangkan mas tidak dapat mengatakan sebabnya.
Suami: Benar! Mas tidak tahu sebabnya tapi mas bisa buktikan kalau mas benar-benar cinta sama dinda. Sungguh!
Isteri: Saya tidak mau bukti! Tidak! Saya mau mas menerangkan apa
sebabnya mas mencintai saya. Teman-teman saya yang sudah menikah dan
yang masih pacaran, semuanya menerangka kenapa mereka mencintai. Dalam
bentuk puisi dan lagu. Tapi.....mas tidak dapat mengatakannya apa
sebabnya? Sungguh aneh!.
Suami: Baiklah! Mas mencintai dinda
karena dinda cantik, penyayang dan ingat sama mas selalu. Mas juga suka
sama senyum manis dan setip tapak yang melangkah, disitulah cinta mas
pada dinda.
Si isteri tersenyum puas dan sangat bahagia.
Selang bebrapa hari kemudian, si isteri mengalami kecelakaan dan koma.
Si suami sangat bersedih dan menulis surat kepada isterinya. Surat itu
diletakkan disebelah tempat tidur isterinya di rumah sakit.
"Dinda, jika disebabkan suara aku mencintaimu, sekarang dapatkah engkau
bersuara? Tidak! Oleh karena itu aku tidak dapat mencintaimu. Jika
karena kasih sayang dan ingatan aku mencintaimu, sekarang dapatkah
engkau menunjukkannya? Tidak! Oleh karena itu aku tidak dapat
mencintaimu. Jika karena senyuman aku mencintaimu, sekarang dapatkah
engkau tersenyum? Tidak! Oleh karena itu aku tidak dapat mencintaimu.
Jika karena setiap langkah aku mencintaimu, sekarang dapatkah engkau
melangkah? Tidak! Oleh karena itu aku tidak dapat mencintaimu. Jika
cinta memerlukan sebabnya, aku tidak mempunyai sebab mencintaimu lagi.
Tetapi adakah cinta memerlukan sebab? Tidak! Aku masih mencintaimu dari
dulu, kini , selamanya dan cinta tidak harus ada sebab. Kadangkala
perkara tercantik dan terbaik di dunia tidak dapat dilihat, dipegang.
Namun begitu, ia dapat dirasakan dalam hati."
Memang cinta
harus dilandaskan pada kesesuaian antara mencintai dan yang dicintai.
Tetapi mahabbah al-isyq akan sirna setelah berpadunya roh dan jiwa atau
bertemunya ikatan lahir bathin dan inilah yang digambarkan oleh kisah
diatas.
Oleh karena itu, berhati-hatilah apabila ada lelaki
terlalu memuja-muja anda. Dia mungkin mengatakan betapa terpesonanya dia
melihat wajah anda yang jelita, suara anda yang merdu serta bentuk
tubuh yang menggiurkan. Ingatlah, ketika semua ciri itu telah tiada, dia
mungkin akan melupakan kata-katanya tadi.
Sebaliknya, pilihlah
lelaki yang tidak terlalu memuji-muji anda, tetapi memilih anda
seadanya karena itu tanda bersedianya dia untuk terus mencintai anda
walau apapun keadaannya nanti. Yang penting, jangan terlalu memimpikan
pasangan yang terlalu sempurna dari segala aspek karena impian selangit
itu hanya akan memakan diri. Terimalah pasangan seadanya dan binalah
kebahagiaan berlandaskan kejujuran dan keikhlasan.
Orang yang
mudah memuji juga akan mudah menghina. Sesungguhnya cinta suci tidak
pernah memerlukan sebab, sebaliknya suci berawal dari hati yang suci.
Hati suci menyamai syurga di hati...istimewa selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar