Jumat, 11 Januari 2013
MISI
Ma’asyiral muslimin rakhimahullah! Hati adalah sumber
kebaikan dan keburukan seseorang. Bila hati penuh dengan ketaatan
kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh dengan kebaikan.
Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu, maka yang
akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan. Keburukan
dan kemaksiatan ini bisa datang karena hati seseorang dalam keadaan
lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al- Jauziyah berkata,
“Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan
dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan
mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati
yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam
sebuah ruangan.” Oleh karena itu, hati seorang mukmin harus senantiasa
dijaga dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam
sikap taat kepada Allah SWT. Upaya inilah yang disebut dengan
Istiqamah. Imam al-Qurtubi berkata, “Hati yang istiqamah adalah hati
yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa
keyakinan, perkataan, maupun perbuatan.” Lebih lanjut beliau
mengatakan, “Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di
dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan
membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan
akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah,
maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta
ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah
akan membuat amal diterima dan menghapus dosa.” Ma’asyiral muslimin
rakhimahullah! Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini.
Di antaranya: pertama, meletakkan cinta kepada Allah SWT di atas
segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh
perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk,
entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang
lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan
makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di
atas segala-galanya. Padahal, Allah SWT telah menegaskan bahwa siapa
yang lebih mencintai sesuatu selain Allah, maka ia justru akan tersiksa
dengan rasa cintanya itu. Siapa yang takut karena selain Allah, maka
ia justru akan dikuasai oleh rasa takutnya itu. Siapa yang sibuk dengan
selain Allah, maka ia akan mengalami kebosonan dan siapa yang
mendahulukan yang lain daripada Allah, maka ia tidak akan mendapatkan
keberkahan dari-Nya. Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah.
Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan
dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah
SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Mengapa kamu tidak percaya
akan kebesaran Allah.” Ulama dalam menafsirkan ayat ini mengatakan,
“Mengapa kalian tidak takut akan kebesaran Allah.” Membesarkan perintah
Allah di antaranya adalah dengan menjaga waktu salat, melakukannya
dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya serta melakukannya
secara berjamaah. Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah. Zikir adalah
wasiat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan wasiat Rasulullah kepada
ummatnya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman, “ Barangsiapa
yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingat-Nya dalam
diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam kesibukan, maka Aku
akan mengingat-Nya dalam kesibukan yang lebih baik darinya.” (HR
Bukhari). Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal
ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka.
Bagaimana kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat,
kejujuran mereka dalam bersikap, dan keteguhan mereka dalam
mempertahankan keimanan. Allah SWT berfirman, “Sungguh dalam
kisah-kisah mereka terdapat ibrah (pelajaran) bagi orang yang memiliki
akal, ….” Kelima, senantiasa berpikir tentang kebesaran ciptaan Allah.
Allah SWT memiliki ciptaan yang indah dan besar. Dengan memikirkan
ciptaannya diharapkan bisa menyadari betapa besar kekuasaan Allah
terhadap ciptaan-Nya itu. Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, telah
diberikan kepada kalian beberapa permisalan, maka dengarkanlah
(perhatikanlah) permisalan itu. Sesungguhnya orang- orang yang engkau
seru selain Allah, mereka tidak akan mampu untuk menciptakan lalat,
meskipun untuk melakukannya itu mereka berkumpul bersama�.”
Demikianlah beberapa hal yang akan mengantarkan kita kepada hati yang
istiqamah. Dan mudah-mudahan saja kita bisa mendapatkannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar